top of page
Search

Tupai Diketahui sebagai Pemangsa Burung Walet.

galip700


Banyak yang mengetahui bahwa tupai merupakan hewan herbivora yang memiliki kebiasaan mengonsumsi tunas pohon, kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah-buahan. Akan tetapi, nyatanya ada jenis tupai tertentu yang juga makan daging ketika mereka mengalami kelaparan. Meskipun begitu, tupai tetap merupakan hewan yang lincah dan tangkas yang mampu mencari dan menangkap mangsa kecil seperti serangga, tikus, dan burung. Hal ini membuktikan bahwa tupai memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa sehingga mereka dapat bertahan hidup dalam berbagai kondisi yang sulit. Berbeda dengan hewan domba, tupai memiliki keunikan dalam pola makan mereka yang membuat mereka dikenal sebagai hewan yang sangat fleksibel dan berguna dalam menjaga keseimbangan lingkungan alam.


Ridwansyah, seorang Reseller yang berbasis di Tenggarong dan memiliki pengalaman yang sangat menarik dan inspiratif dalam mengembangkan bisnisnya di dunia walet. Setelah beberapa waktu, ia berhasil membangun rumah walet (ruwal) dengan desain yang unik, yaitu memiliki luasan 4 meter x 8 meter dan terdiri dari tiga lantai yang cukup tinggi. Tempat tersebut juga dibangun di antara kebun sawit dan persawahan, tepat di samping kebun buah sawo, dan di bagian belakangnya terdapat perkebunan karet dengan luas sekitar 30 meter. Lokasi ruwal yang berada di Margasari, Purwasari Kutai Kartanegara telah beroperasi selama 9 bulan dengan sederhana namun efektif karena Ridwansyah berhasil mengumpulkan 67 keping sarang walet dalam kurun waktu tersebut. Ditambah dengan proses pengerjaan dan pemasangan olesan yang membuat keuntungan semakin menjanjikan. Sungguh inspiratif!


Suatu hari yang cerah, ketika Ridwansyah sedang melakukan cek dalam ruwal, ia merasa penasaran dengan lambatnya perkembangan populasi walet di ruwal tersebut. Meskipun ruwal tersebut aman dari berbagai ancaman hewan seperti tikus, tokek, kecoa, dan semut, namun pertumbuhan populasi walet tetap saja terasa lambat. Pertanyaan-pertanyaan pun mulai bermunculan dalam benak Ridwansyah, apakah hal ini dikarenakan musim kemarau yang tengah melanda, adanya persaingan yang semakin ketat antara ruwal, ataukah tata ruang di dalam ruwal yang perlu diperbarui? Atau apakah suara panggil yang digunakan perlu diganti agar walet lebih aktif datang? Namun, meskipun sudah memikirkan berbagai faktor tersebut, Ridwansyah masih belum menemukan jawaban pasti. Hingga pada suatu siang, ketika ia masuk ke dalam ruwal, ia terkejut menemukan potongan sayap burung walet yang tercecer di lantai ruwal. Kepala dan tubuh burung tersebut tidak diketahui keberadaannya, dan hal tersebut semakin memperkuat dugaan Ridwansyah tentang adanya sebab lain yang menghambat perkembangan populasi walet di ruwal tersebut.


Ketika Ridwansyah memikirkan masalah ruwal, ia merasa terhambat karena adanya predator tikus yang membahayakan kelangsungan hidup burung walet. Namun, keanehan muncul ketika tikus menjadi tersangka dalam kejadian ini. Kalau benar tikus memangsa burung walet, mengapa hanya sayap yang tersisa? Jika ada tikus yang masuk ke ruwal dan memangsa burung walet, pasti perilaku makannya akan membawa tubuh burung malang ini ke sudut yang gelap. Di sana, tikus akan menikmati seluruh tubuh burung walet kecuali bulunya. Sementara sisa bulu dibiarkan menumpuk di sudut ruangan dan menjadi tanda kehadiran tikus yang perlu diperhatikan secara serius. Ridwansyah memikirkan cara untuk mengusir predator tikus tersebut agar burung walet dapat hidup tenang dan aman.


Di sudut ruangan, tidak terdapat penumpukan bulu yang biasanya terlihat setelah seekor burung walet ditemukan mati. Sebaliknya, di lantai hanya terdapat seutas sayap yang retak. Otak Ridwansyah mulai bekerja, namun ia tidak berhasil menemukan jawaban pasti. Sekadar informasi, tindakan tikus tidaklah sebrutal itu dalam memakan burung walet. Burung walet yang tewas kali ini dihancurkan dengan gigitan gigi tikus yang tajam dan bergigi seperti gergaji. Tikus tersebut melakukan ritual memakan burung walet tersebut dari kepala sampai kaki, namun ia tidak memakan bulu-bulu halusnya. Jadi, siapa yang bisa disangka melakukan tindakan ini? Kemudian terbersit di pikiran Ridwansyah, apakah itu mungkin kelelawar? Atau mungkin itu ulah dari seekor elang?


Setelah berlangganan lama, Ridwansyah merasa yakin bahwa ruwalnya sedang diintai oleh predator kejam dan ganas yang tak mengenal belas kasihan. Walaupun tidak jelas jenis predator apa yang berkeliaran di sekitar gedung, tetapi jelas ditemukan burung walet yang dibantai secara sadis sehingga populasi mereka menjadi stagnan. Untuk mengatasi masalah ini, Ridwansyah memasang perangkap berupa jaring ikan di sekeliling gedung bagian luar. Keesokan harinya, saat Ridwansyah memeriksa ruwal, ia menemukan seekor binatang terjebak dalam jaring tersebut. Ternyata binatang itu adalah sebuah tupai. Namun, pertanyaan yang mengusik pikiran Ridwansyah adalah apakah tupai itu merupakan predator yang dicari selama ini?


Dalam usaha untuk menjaga posisi ruwalnya, Ridwansyah nyanggong telah menyiapkan senapan angin yang terkokang dan merasa yakin bahwa predator yang memangsa burung walet di ruwalnya bukanlah tikus, tapi tupai. Terutama pada musim kemarau, di mana tupai kesulitan mencari makanan, sehingga burung walet di dalam ruwal menjadi sasaran. Setelah berhasil menewaskan tupai tersebut, Ridwansyah masih khawatir dengan keberadaan sekawanan tupai lain yang berkeliaran di sekitar pepohonan sawo dan dapat mengancam keselamatan burung walet yang sangat berharga bagi penjaga ruwal. Oleh karena itu, Ridwansyah perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaannya dalam menjaga keamanan ruwal tersebut.




Referensi:


 
 
 

Comments


bottom of page