
Selama 14 hari terakhir, beberapa anggota Badan Angkatan Negeri (BAN) telah menghubungi kami melalui aplikasi WhatsApp untuk membicarakan permasalahan yang mereka hadapi dengan koloni walet mereka yang terdapat di sebuah gedung. Masalah yang sedang dihadapi yaitu pada pagi dan sore hari, walet hanya masuk dan keluar saja dari gedung tanpa menetap di dalam gedung tersebut seperti seharusnya. Padahal, gedung walet tersebut telah didesain dan diatur sesuai dengan rekomendasi dari Pak Arief, serta telah memenuhi persyaratan suhu dan kelembapan yang diwajibkan. Kami juga telah menyetel suara panggilan sesuai dengan instruksi dari produk BAN dan WAS. Akan tetapi, mengapa walet masih enggan untuk tinggal di gedung tersebut? Selain itu, anggota kami dari Palembang juga mengeluh bahwa sebelumnya terdapat belasan ekor walet yang tinggal di gedung mereka, namun kini tidak terlihat lagi. Bahkan, di sore hari, seluruh walet tidak kembali ke gedung dan terdapat kekotoran di sekitar gedung walet. Oleh karena itu, kami sangat ingin mencari solusi untuk permasalahan yang dialami oleh anggota kami ini agar dapat segera diatasi dengan tepat.
Saya terus mempertanyakan faktor apa yang merupakan masalah di gedung milik Pak Arief ini. Pada awalnya, saya berencana untuk menulis kasus ini sebagai artikel pembahasan akhir bulan. Namun, kesibukan saya dalam melayani konsultasi online dan melakukan kunjungan member di seluruh Indonesia menyebabkan jadwal penulisan saya menjadi terganggu. Namun, hari ini, seorang member dari Pinrang, Sulawesi Selatan, menghubungi saya melalui layanan konsultasi online dan meminta bantuan untuk menyelesaikan masalah koloni walet di gedungnya. Dia merasa bingung karena koloni walet selalu pergi setelah tinggal selama dua minggu atau lebih, kemudian tinggalan kotoran walet di lantai menjadi kering setelah itu. Setelah seminggu, walet lain datang untuk menginap, tetapi kotorannya juga menjadi kering setelah pergi dari gedung tersebut. Masalah ini sangat menarik perhatian saya dan saya akan mencari solusi terbaik untuk mengatasinya.
Pada sore ini, saya ingin menuliskan tentang sebuah kasus yang telah terjadi dan menyajikannya dengan cara yang unik dan lebih terperinci. Tujuannya adalah agar anggota bisa lebih mudah mempelajarinya melalui website ini. Pada tanggal 27 April kemarin, saya melakukan perjalanan ke Nanga Silat-Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Saya terbang dengan maskapai Nam Air dari Pontianak dan mendarat dengan lancar di bandara baru Sintang pada pukul 13.00 WIB. Bandara baru ini bernama Tebelian dan memiliki luas area sekitar 500 hektare dengan landasan pacu mencapai 1.660 meter yang lebih panjang daripada bandara lama Susilo yang hanya 1.300 meter. Saya disambut dengan banyak senyuman dari beberapa orang ketika tiba di pintu bandara, seperti Bang Kartawirawan selaku agen Kalbar, Mas Taufik selaku sub-agen Sintang, Mas Yuli selaku sub-agen Putussibau, dan Bang Basilius selaku panitia Seminar Walet di Sintang Kalbar 2016. Semoga dengan penulisan ini, anggota dapat memahami kasus ini dengan lebih baik dan tidak perlu membuang waktu untuk mencari jawaban yang sama.
Menuju Nanga Silat dari bandara, dibutuhkan sekitar 2 jam perjalanan darat menuju arah Putussibau. Akan tetapi, perjalanan ini akan menjadi sangat menyenangkan karena melintasi jalan raya yang mulus dan bisa melewati Bukit Kelam mirip dengan batu raksasa yang memberikan kesan kuat dan unik seperti Ayery Rock di Australia. Di dalam bukit batu tersebut, ada banyak walet yang dihuni di dinding bebatuan yang curam oleh populasi walet. Mobil yang digunakan juga meliuk-lentuk di atas jalanan berkelok-kelok hingga mencapai Simpang Silat yang sering dijadikan tempat istirahat. Di sana, Bapak Salamsyah, yang merupakan anggota dan pemilik gedung, mengajak untuk beristirahat sejenak dan menikmati makan siang sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi yang masih membutuhkan waktu lumayan lama untuk ditempuh karena harus melewati jalan tanah di perkebunan kelapa sawit.
Pada kesempatan itu, kami sangat bersyukur karena cuaca yang tampak begitu cerah. Kegiatan perjalanan kami menuju pinggiran sungai Kapuas berlangsung dengan lancar dan tanpa kendala. Dari sisi seberang sungai, kita dapat bersaksi pada fisik bangunan yang dimiliki oleh Bapak Salamsyah. Bangunan tersebut terlihat sangat kokoh dengan desain yang indah. Bangunan ini memiliki ukuran yang sangat besar, yakni 24 meter x 16 meter dengan ketinggian mencapai 4 lantai. Selain itu, bangunan ini juga menunjukkan kesan permanen dan di desain secara sangat apik. Kami terlalu tidak sabar untuk menyeberangi sungai dan menuju ke sana. Oleh karena itu, kami sudah menyiapkan kelotok kecil sebagai alat transportasi. Setelah kelotok kayu merapat, kami pun berjalan kaki menuju bangunan yang sedang kami periksa. Saya menelusuri setiap sisi bangunan, bahkan sampai ke lantai 4 dengan menggunakan tangga darurat yang tersedia. Berdasarkan hasil pemeriksaan, semuanya terbukti telah sesuai dengan desain sebelumnya.
Dijelaskan bahwa seorang pria bernama Salamsyah telah menyiapkan ribuan lembar papan sirip dari kayu meranti merah dan kayu bentangor untuk dipergunakan pada gedung walet. Namun, permintaan untuk memastikan bahwa papan sirip itu harus kering agar tidak berakibat buruk pada gedung walet telah diberikan kepada Salamsyah. Adakalanya terdapat banyak kasus dimana gedung walet tidak berkembang atau bahkan gagal, disebabkan oleh masalah pada papan sirip yang tidak memadai. Oleh karena itu, hal ini telah menginspirasi penulis untuk melihat langsung bagaimana papan sirip tersebut diproduksi, setelah menerima keluhan dari anggota yang terkait dengan gedung walet yang tidak layak huni. Penulis terkesan begitu melihat papan sirip sekaliber 3 centimeter serta memiliki empat garis membujur di seluruhnya. Mesin pengetam yang digunakan dalam produksi papan sirip juga dapat bekerja dengan sistematis dan cepat / efektif. Namun, masalah yang dihadapi oleh gedung walet bukanlah karena suhu, kelembapan, tata ruang atau bahkan mesin audio, melainkan pada suara panggilan atau tingkat volume suara inap yang terlalu rendah.
Sebelum memasang papan sirip pada bangunan, sangat penting untuk memastikan bahwa papan tersebut telah sepenuhnya kering. Tidak boleh dianggap enteng soal pemasangan papan sirip karena jika dipasang pada kondisi yang belum kering, dapat menimbulkan masalah pada kesehatan walet. Bukan hanya bau kayu yang dapat mengganggu, tetapi juga jamur yang dapat tumbuh pada papan yang masih setengah kering. Jamur adalah tumbuhan yang hidup di media kayu yang lembut karena kelembapan yang terkandung di dalamnya. Jika papan sirip masih mengandung kelembapan, walaupun dalam kadar yang sangat rendah, akan memudahkan tumbuhnya jamur dan menyebabkan masalah kesehatan bagi walet. Oleh karena itu, pastikan bahwa papan yang dipasang telah benar-benar kering agar walet dapat menempel dengan baik, aman, dan terhindar dari masalah kesehatan yang mungkin dapat timbul.
Meskipun papan sirip yang terinfeksi jamur dapat membuat permukaannya menjadi licin, berbau tak sedap, dan agak basah, walet tetap tidak akan bersarang di atas papan ini. Ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi, salah satunya adalah bau yang tercium pada papan dapat mengganggu walet. Selain itu, air liur walet sulit menempel pada permukaan yang basah, sehingga walet akan mencari papan sirip lain atau bahkan pindah ke gedung yang lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk merawat kondisi papan sirip pada gedung walet agar tidak mengganggu aktivitas mereka dalam berkumpul dan bersarang di gedung tersebut. Dalam mengelola gedung walet, pengelola harus berhati-hati dalam menjaga kesehatan dan kebersihan ruangan agar walet merasa nyaman dan aman di dalamnya.
Adakah metode untuk mendeteksi adanya infeksi jamur pada papan sirip? Tanda-tandanya termanifestasi sebagai bercak putih yang muncul pada permukaannya. Jika bercak putih tidak merata, Anda dapat menganggap diri Anda beruntung karena masih dapat mengatasi serangan jamur pada papan sirip tersebut. Namun, bagaimana cara mengatasi masalah ini? Salah satu cara adalah dengan mengurangi kelembapan dalam lingkungan. Jika menggunakan mesin kabut, atur timer dengan jeda yang lebih lama sehingga kelembapan dihasilkan pada tingkat yang lebih rendah. Jika terdapat kolam air dalam lingkungan tersebut, kurangi kedalaman airnya. Jika tidak menggunakan mesin kabut dan juga tidak terdapat kolam air, namun kelembapan masih tinggi, cobalah untuk memasang tambahan ventilasi agar kelembapan dapat dikeluarkan. Dengan menjaga kualitas lingkungan yang baik, infeksi jamur pada papan sirip dapat dihindari.
Agar terhindar dari masalah jamur pada papan sirip, diperlukan beberapa langkah pencegahan dan perawatan. Pertama, pastikan bahwa permukaan papan telah bersih dari kotoran dan debu dengan menggunakan sikat kawat sebelum tersentuh oleh lap kain. Selanjutnya, lap kain harus digunakan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin terdapat pada papan. Jangan lupa untuk menggunakan alkohol atau spirtus pada permukaan papan untuk membunuh spora jamur yang bisa saja menempel pada papan sirip. Jika infeksi jamur masih dalam tahap awal, cukup semprotkan alkohol agar jamur mati dan tidak tumbuh kembali. Namun, waspadalah jika jamur menyebar dengan cepat dan berusaha untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar agar tidak membiarkan jamur merajalela.
Referensi:
Comments