top of page
Search

Tips Efektif Mengatasi Trauma Burung Walet Akibat Ular Terbang

galip700

Penurunan produktivitas gedung walet dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda, dan salah satunya adalah kedatangan predator yang sulit terdeteksi oleh petani walet lainnya. Efek dari kedatangan predator tersebut sangat terasa pada populasi walet, khususnya burung walet yang menjadi sasaran empuk bagi predator seperti ular yang rakus dan sering memangsa burung walet mahal. Sebagai akibat dari serangan predator tersebut, sebagian walet penghuni kabur untuk menyelamatkan diri, sementara telur dan anak walet menjadi sasaran empuk. Meski semua fasilitas dan kondisi seperti suhu, kelembaban, tata ruang, pengaturan cahaya, dan tata suara sudah diperhatikan dengan baik, namun penurunan produktivitas tetap terjadi selama setahun terakhir. Hal ini berbeda dengan hewan-hewan seperti tikus, tokek, atau burung hantu yang tidak pernah ditemukan dalam gedung walet. Oleh karena itu, dibutuhkan metode pengendalian yang lebih efektif untuk mengatasi masalah kedatangan predator dalam gedung walet ini.


Di Kandangan, Kalimantan Selatan, terdapat tiga petani walet yang sedang mengalami kesulitan dalam menjaga produktivitas walet mereka. Para petani tersebut adalah H. Riswandi, Faozan, dan H. Usaman. Mereka telah mengalami penurunan produktivitas dalam setahun terakhir. Setelah berbagai macam konsultasi, mereka akhirnya mengetahui bahwa penyebab penurunan produktivitas tersebut adalah karena adanya ular. Ular yang menjadi masalah adalah ular kembang atau ular pohon yang bisa terbang dari satu pohon ke pohon lain. Ular ini memiliki ukuran sebesar ibu jari kaki dan biasanya muncul di atap gedung walet. Bahkan, H. Usaman menjadi bingung karena walau sudah melakukan banyak upaya untuk mengatasi masalah ini, hasilnya malah semakin menurun. Suatu hari, H. Usaman menemukan tiga ekor burung walet mati di lantai dan menemukan sesuatu yang lebih mengkhawatirkan di sudut sekat belakang gedung walet tersebut, yaitu selongsong kulit ular yang terlihat aneh. Penemuan ini memberikan pemahaman baru bagi para petani walet tentang masalah yang mereka hadapi.


H. Usaman merasa kebingungan ketika mengetahui bahwa sebuah ular telah masuk ke dalam gedung yang dia kelola. Dia berpikir bahwa mungkin saja predator melata tersebut yang membuat populasi walet di gedungnya stagnan. Esok harinya, dia melakukan pemeriksaan secara menyeluruh di setiap sudut gedung dan bahkan membongkar lapisan dinding yang terbuat dari kalsibot dan sterofoam. Namun sayangnya, tidak ada hasil yang ditemukan. Setelahnya, dia memutuskan untuk mengecek atap gedung dan menemukan selongsong kulit ular di sana. Meskipun ular tersebut tidak ditemukan di mana-mana, hal tersebut semakin membuat H. Usaman yakin bahwa ular tersebut benar-benar ada di gedung. Keesokan harinya, dia mulai memasang jaring ikan di seluruh dinding gedung bagian bawah dengan harapan dapat menjerat ular tersebut. Seminggu kemudian, usahanya membuahkan hasil ketika dia menemukan seekor ular sebesar ibu jari kaki yang terjerat di dalam jaring tersebut dan mati.


H. Riswandy, seorang pemilik gedung yang mengalami kejadian yang tak biasa, yaitu keberadaan ular yang berhasil masuk ke dalam gedung melalui lubang masuk burung (LMB). Saat dilakukan penyelidikan, ular yang masuk ternyata merupakan jenis ular pohon yang memiliki kemampuan untuk terbang dari satu pohon ke pohon atau bahkan ke rumah. Tak hanya itu, populasi burung walet di gedung H. Riswandy juga mengalami stagnasi dan tak ada lagi burung walet yang ramai berkembang seperti sebelumnya. Hal ini dikarenakan walet menjadi trauma akibat keberadaan ular di gedung tersebut. Awalnya, kasus ular ini terungkap saat H. Riswandy masuk ke dalam gedung dan terkejut saat menemukan kulit ular yang tergeletak di lantai. Tindakan segera dilakukan dengan memasang jaring ikan untuk menjerat si ular dan setelah itu, populasi burung walet mulai kembali berkembang. Hal ini membuktikan betapa pentingnya menjaga kestabilan lingkungan dan menghindari gangguan dari predator maupun hewan liar lainnya.


Sejak tahun 2011, Faozan menjadi salah satu anggota yang aktif dalam mengelola waletnya. Ia telah melihat bagaimana populasi burung waletnya berkembang pesat dan mencapai panen yang lebih dari 10 kg. Namun sayangnya, ia tidak menyadari bahwa populasi burung waletnya sedang menurun drastis karena adanya ular yang menyerang dan memangsa. Hal ini terungkap setelah dia menemukan kulit ular di sudut gedung yang tertutup oleh tripleks. Hal ini membuat Faozan tergerak untuk memasang jaring agar dapat menangkap ular yang memangsa burung waletnya tersebut. Namun, muncul pertanyaan mengenai masuknya ular ke dalam gedung walet tersebut. Ternyata, kemungkinan besar ular jenis pohon tersebut terbiasa memakan burung kecil, anak-anak burung, dan telur burung yang bertelur di pepohonan. Dan baunya yang tajam mendorongnya untuk mencari mangsa di dalam gedung walet.


Kandangan merupakan sebuah kecamatan yang memiliki lokasi yang sangat mendukung untuk pertumbuhan industri walet di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Menurut saya, Kandangan memiliki potensi yang sangat besar bagi industri walet. Di sana, terdapat rumah sederhana berukuran 4 meter x 5 meter dan berlantai 3 yang terbuat dari dinding asbes yang dapat dihuni oleh burung walet. Selain itu, Kandangan juga merupakan ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang berjarak sekitar 135 kilometer dari Banjarmasin. Saya sendiri telah meninjau dua bidang tanah yang sangat cocok untuk investasi dalam industri walet. Dengan investasi ini, saya yakin akan mendapatkan keuntungan yang besar di masa depan.


Banyak investor asing yang tertarik mempertimbangkan lokasi ini untuk tujuan investasi. Salah satu investor tersebut adalah Bapak Dokter Yapto dari Jakarta, yang merupakan alumni dari seminar walet pertama yang diselenggarakan pada tahun 1999. Menurut catatan, beliau telah menyiapkan sembilan lokasi tanah dan mendapatkan bantuan dari Nanda, seorang agen duniawalet dari Kandangan, dalam mengidentifikasi lokasi yang cocok. Namun, ketika membeli tanah, harus berhati-hati dan jangan terburu-buru. Selain mempertimbangkan lokasi dengan populasi burung walet yang banyak, terutama di kawasan hamparan tanah kosong, ada baiknya untuk memeriksa terlebih dahulu dengan Badan Pertanahan setempat, karena sebagian tanah mungkin tidak dapat dikelola dengan sertifikat karena masuk dalam kawasan HGU.




Referensi:

 
 
 

Comentários


bottom of page