top of page
Search

Pentingnya Arah Limbah dan Hembusan Angin bagi Sarang Burung Walet

galip700

Apakah arah masuk untuk lubang walet (LMB) perlu dipertimbangkan berdasarkan arah angin yang berhembus dan apakah hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan populasi walet di dalam gedung serta menyebabkan masalah yang serius bagi anak-anak walet? Meskipun telah dianjurkan untuk menempatkan LMB menghadap walet pada sore hari karena burung-burung tersebut akan lebih mudah melihat LMB, namun pada lokasi tertentu seperti di dataran tinggi atau dekat pantai yang sering terjadi angin kencang, posisi LMB harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Oleh karena itu, untuk memastikan keamanan dan kenyamanan bagi populasi walet, perlu mempertimbangkan faktor lingkungan sebelum menentukan arah masuk LMB.


Baru-baru ini, saya mengalami situasi menarik di mana saya harus mempertimbangkan posisi yang tepat untuk menempatkan LMB di sebuah gedung walet yang berada di tepi pantai. Gedung tersebut hanya beberapa ratus meter dari bibir pantai dan berada di atas perbukitan. Angin kencang seringkali bertiup dari arah laut pada sore hari, menjadikan penempatan LMB menjadi penting. Selain angin, pandangan mata bebas menikmati matahari tenggelam pelan-pelan masuk ke dalam laut pada sore hari yang indah itu. Alangkah menyenangkan dapat menikmati keindahan itu dari gedung walet tersebut, namun tidak ada pepohonan tinggi di sekitarnya yang bisa melindungi gedung walet dari angin pantai yang langsung menerpa bangunan. LMB yang digunakan memiliki ukuran 80 cm x 60 cm dan sebelumnya menghadap ke arah barat, mengingat koloni walet yang biasanya datang dari pulau seberang pada sore hari. Oleh karena itu, pertimbangan matang harus dilakukan untuk memastikan penempatan LMB yang tepat agar dapat memberikan perlindungan yang optimal bagi koloni walet tersebut.


Walaupun orientasi LMB pada gedung telah diatur dengan benar, yaitu menghadap walet yang datang pada sore hari dari arah barat yang sesuai dengan teori standar, terdapat suatu hal yang tidak terduga saat itu. Angin kencang dari arah barat juga menerpa, sehingga koloni walet harus berhadapan dengan tantangan masuk ke dalam LMB di tengah angin deras yang sangat kuat. Dampak dari situasi ini dapat dilihat dengan jelas dimana walet-walet berusaha masuk ke dalam LMB dengan hati-hati dan waspada terhadap kemungkinan terbantingnya tubuh mereka akibat dorongan angin laut yang kuat. Hal yang disayangkan adalah terdapat beberapa anak walet yang tak berhasil menembus LMB dan akhirnya terbawa kuatnya arus angin pantai. Akibat dari hal ini, diperlukan tindakan konkrit dan efektif untuk menjaga keselamatan walet dan untuk memaksimalkan penggunaan LMB pada kasus-kasus seperti ini.


Jeffry, selaku orang yang memiliki gedung, telah memberikan penilaian bahwa daerah sekitar gedung sangatlah terkena hembusan angin yang kuat, baik pada pagi, siang, maupun sore hari. Kondisi tersebut terjadi karena gedung berada di perbukitan dan hanya berjarak 300 meter dari pantai. Oleh sebab itu, Jeffry memilih posisi LMB "terbalik" atau berada di posisi yang berlawanan dengan arah burung pulang sebagai upaya adaptasi koloni walet pada gedung baru. Dengan posisi LMB yang terbalik, diharapkan koloni walet dapat terbang masuk ke dalam LMB dengan santai karena angin tidak sekuat jika LMB diletakkan di depan. Keputusan Jeffry dalam memilih posisi LMB yang terbalik tersebut merupakan strategi yang sangat cerdas dan akan membantu membuat koloni walet merasa nyaman di habitat barunya.


Pada tanggal 9 Agustus 2018, saya melakukan pengecekan pada sebuah gedung walet yang berlokasi di pusat kota Palu. Gedung tersebut memiliki ketinggian tiga lantai dengan konsep paket hemat yang menarik. Namun, saya menemukan bahwa populasi walet di gedung tersebut tergolong lambat. Dalam delapan bulan terakhir, hanya beberapa ekor walet yang membuat sarang di gedung tersebut. Setelah melakukan pengukuran suhu, kondisinya cukup tinggi, yaitu sekitar 29 derajat Celsius. Namun, setelah melakukan peremajaan dan pengecatan, suhu gedung turun menjadi 27 derajat Celsius. Selain itu, posisi LMB (Lokasi Masuk Burung) pada gedung tersebut sudah sangat sesuai dengan arah pulang sore hari bagi walet yang berada di sekitar gedung tersebut. Selain itu, void pada gedung tersebut juga sudah sangat sesuai dengan posisi LMB, sehingga sangat memudahkan walet untuk masuk dan keluar gedung. Gedung walet tersebut dibangun di lintasan besar, di mana ribuan walet melewati daerah tersebut setiap sore menuju pusat kota Palu maupun sentra walet. Sekarang, berkat peningkatan fasilitas tersebut, gedung walet tersebut menjadi semakin populer dan menjadi pilihan utama bagi para walet untuk membuat sarang dan berkembang biak.


Ketika aku memasuki gedung tersebut, suasana di dalam sudah terlihat rapi dan tertata dengan baik. Cahaya yang mengalir masuk ke dalam ruangan cukup untuk memberikan suasana yang tenang dan nyaman. Suara-suara yang berasal dari dalam gedung juga sudah diatur dengan baik, dari segi trebel dan bass yang sudah disesuaikan. Namun, salah satu masalah yang cukup meresahkan, koloni walet yang seharusnya berkembang pesat dan puluhan anak walet yang seharusnya sudah kembali pulang ke sarangnya justru terlihat sangat lesu dan lambat dalam perkembangannya. Pemilik gedung sendiri merasa kebingungan dan gundah karena tidak tahu lagi apa yang salah dan kurang tepat. Melalui kesempatan ini, aku bersama tim markaswalet Sulawesi Tengah, terdiri dari Ilham Marzuki, Jefri, dan Bang Budi, berusaha untuk melakukan analisis terhadap kasus ini. Dalam suasana yang penuh semangat tersebut, kami duduk menghadap Labu, memberikan upaya terbaik untuk menemukan solusi bagi masalah tersebut serta membantu koloni dan anak walet yang ada di dalam gedung untuk kembali pulang ke sarangnya dengan cepat.


Saat waktu azan Magrib semakin dekat, terlihat banyak sekali koloni walet yang terbang melintasi kota. Namun, hanya beberapa ekor saja yang memilih untuk mampir dan mendekat ke LMB. Pertanyaannya, mengapa sebagian besar walet yang terbang melintas pada sore itu tidak tertarik untuk mendekat ke LMB? Apakah mereka tidak tertarik atau bahkan tidak mendengar suara panggilan yang berasal dari LMB tersebut? Jawaban mungkin terletak pada kurangnya efektivitas LMB dalam memanggil walet untuk datang. Meskipun volume suara LMB sudah cukup keras, sekitar 60-70 DB, gelombang suara masih bisa terhembus dan terbawa angin, sehingga walet kesulitan mendengar panggilan dari LMB. Hal ini bisa menjadi alasan mengapa beberapa walet memilih untuk terus melintas dan tidak mendekat ke LMB.


Kami melihat dengan kagum koloni walet yang tinggal di bangunan pulang. Namun, mereka harus berjuang berulang kali dalam terbang berputar-putar sebelum akhirnya dapat naik ke Lubang Masuk Burung (LMB). Angin yang kencang mengakibatkan kesulitan bagi burung walet, terutama anak-anak mereka. Oleh karena itu, mereka harus sangat berhati-hati agar tidak tersandung saat masuk ke dalam LMB dan menabrak bibir tembok. Tubuh ringan burung walet yang memiliki berat hanya sekitar 10 hingga 15 gram tidak dapat melawan derasnya kekuatan angin. Hal ini membuat perjuangan mereka lebih luar biasa.


Saat terjadi angin kencang di bandara, keamanan pesawat yang hendak mendarat menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, bandara seringkali harus menutup landasan agar tidak terjadi insiden berbahaya, seperti halnya dunia penerbangan pada umumnya. Dalam hal ini, penting untuk mempertimbangkan dengan cermat pemilihan posisi LMB yang tepat agar tidak terganggu oleh hembusan angin yang deras. Angin biasanya bertiup dari arah utara, sedangkan koloni walet terbang kembali ke sarangnya di arah timur menjelang sore hari. Oleh karena itu, posisi LMB yang efektif adalah menghadap ke arah selatan, sehingga koloni walet bisa dengan mudah masuk ke LMB. Selain itu, karena angin kencang di lokasi tersebut hampir selalu terjadi pada pagi dan sore hari, pemilihan posisi yang tepat sangatlah penting untuk meminimalkan risiko insiden saat pendaratan. Dalam hal ini, perhitungan dan perencanaan matang menjadi kunci sukses bagi kelancaran operasional bandara.




Referensi:

 
 
 

Comments


bottom of page