top of page
Search

Menjelajahi Pusat Perdagangan Sarang Burung Walet di Jawa Tengah: Sentra Walet Lama Semarang

galip700

Sore yang terik tak menyurutkan burung walet untuk menjaga kesejukannya dengan membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam sungai Banjirkanal Barat. Di bawah jembatan, terdapat sebuah koloni walet gigas yang rutin bersarang di sana. Setiap sore, mereka berkumpul di sekitar jembatan untuk menghilangkan rasa panas di udara Semarang yang terik. Namun, saat matahari mulai terbenam, mereka kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Bernostalgia ke tahun 1980, ketika budidaya burung walet mulai populer di kota Semarang, beberapa ruko di wilayah Layur, Kota Lama, Siliwangi, Gang Buntu, dan Tanah Mas telah dikonversi menjadi tempat budidaya tersebut.


Di kota Semarang, para burung walet biasanya mencari makan di dalam hutan bakau, tambak tepi pantai, dan hutan Semarang Selatan. Namun, sayangnya populasi burung walet di kota Semarang semakin berkurang dari waktu ke waktu, dan produksi sarang pun semakin menurun. Hal ini mungkin disebabkan oleh berdirinya pabrik-pabrik yang menghasilkan polusi dan udara panas, serta adanya migrasi walet ke daerah perbukitan seperti Boja, Gunungpati, dan Ungaran yang lebih sejuk dan banyak makanan. Meskipun burung walet biasanya lebih memilih menghuni gedung atau rumah yang dekat dengan sumber pakan, namun pengelolaan gedung walet yang tidak serius atau kurang terawat dapat membuat burung walet tidak betah di dalamnya. Risiko predator burung hantu dapat membuat sarang walet di gedung tersebut terancam, begitu pula dengan hama seperti kecoak dan tikus. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian lebih terhadap gedung walet agar populasi burung walet di kota Semarang dapat bertahan dan tumbuh kembali.


Migrasi walet dapat terjadi karena beberapa faktor, termasuk pengusiran burung walet dari sarangnya akibat renovasi bangunan atau bisnis lainnya yang mengubah kondisi tempat sarang. Pada suatu waktu, saya membantu teman saya membiarkan walet bersarang di rumah kuno bergaya arsitektur China. Walaupun saya memberitahukannya bahwa potensi pasar sarang walet di kota tersebut sudah menurun, ia tetap ingin mencoba karena lebih baik mendapatkan pendapatan dari sarang walet daripada rumahnya kosong. Tidak hanya itu, rumah tersebut juga berada di sebelah rumah walet milik tetangganya yang sudah dipanen. Dengan demikian, migrasi walet terkadang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kondisi sosial di sekitarnya.


Sekitar pukul 11 pagi, secara tiba-tiba, saya menemukan diri saya berada di depan sebuah rumah kuno yang terlihat sangat angker. Rumah tersebut dipenuhi oleh dinding tebal, pintu lebar dengan daun jati yang tebal, dan plafon yang tinggi sehingga membuat suhu dan kelembapannya sangat disukai oleh burung walet. Namun, ketika saya memasuki rumah tua itu, saya merasakan bulu kuduk saya berdiri dan setengah merinding. Nampaknya rumah tersebut digunakan sebagai gudang yang berisi banyak tumpukan kayu jati kuno dan perabot lainnya. Bahkan di ruang tengah, saya melihat sebuah peti mati besar yang terbengkalai dan disiapkan untuk papah teman saya. Kesannya, rumah ini sangat cocok untuk dijadikan tempat uji nyali pada malam hari. Tanpa menunggu lama, teman saya membawa saya ke ruang belakang dan kami berjalan naik tangga hingga ke lantai dua.


Saya diundang masuk ke dalam suatu ruangan yang telah dipersiapkan khusus untuk walet oleh teman saya. Saya memperhatikan secara cermat bahwa ia telah melengkapi ruangan tersebut dengan papan sirip, sarang palsu, twiter dengan ampli, dan sebuah baskom air untuk menjaga kelembapan. Dalam merancang tata letak ruangan, ia membuat LMB yang berukuran sempit. Saya bahkan dapat melihat rumah walet tetangga melalui lubang LMB menggunakan tangga kayu. Setelah dirawat dan dipelihara dengan baik selama enam bulan, jejak-jejak kotoran walet sudah mulai terlihat, tanda bahwa walet telah benar-benar menetap di sana. Namun, predator tikus datang dan memangsa puluhan burung walet itu, sehingga sedikit walet yang bisa lolos dari ancaman tersebut. Setelah meratapi kehilangan tersebut, teman saya memutuskan untuk menghentikan perawatan di ruangan tersebut dan lebih fokus pada gedung walet di Ambarawa yang lebih produktif karena terdapat banyak lokasi pakan. Teman saya ini seorang pedagang kedelai impor dan seorang penganut kristiani yang taat. Kami juga pernah melakukan perjalanan bersama ke luar kota dan menginap di sebuah hotel. Pada saat saya menjalankan shalat subuh pada pukul lima pagi, teman saya sudah bangun dan terlihat asik membaca alkitab.




Referensi:

 
 
 

Comments


bottom of page