
Ketika RBW memulai operasinya, area tersebut selalu dihuni oleh sekelompok walet muda yang masih dalam usia relatif mudah. Meskipun begitu, setelah beberapa bulan berlalu, walet-walet muda tersebut mulai mencari pasangan hidupnya dan akhirnya membentuk hubungan yang harmonis. Seiring berjalannya waktu, para pasangan walet muda ini pun memutuskan untuk membuat sarang tempat berkembang biak. Dan inilah saat pertama kali terciptanya sebuah sarang oleh sepasang walet muda yang terjalin dengan cinta sejati. Sarang tersebut dianggap sebagai sarang baru yang masih segar dari perakitan pasangan walet muda itu sendiri, dan menjadi bukti pencapaian mereka dalam membangun keluarga kecil yang bahagia.
Dalam suatu pertemuan di Balikpapan, terjadi diskusi menarik mengenai budidaya sarang walet. Salah satu anggota mengajukan pertanyaan apakah mungkin untuk membudidayakan 30 sarang walet yang dimilikinya dan melakukan panen setelah anak walet terbang. Namun, anggota lain juga mengajukan pertanyaan penting yaitu risiko yang mungkin terjadi jika sarang walet yang baru dibangun bereproduksi dengan banyak lalu langsung dipanen. Untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan, disarankan untuk tidak tergesa-gesa dalam memanen sarang. Sebaiknya, mereka membiarkan populasi burung walet berkembang dan jumlah sarang bertambah terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan kondisi psikologis burung walet dapat terganggu secara negatif jika jumlah sarang masih sedikit. Oleh karena itu, perlu dilakukan secara teliti dan hati-hati untuk mendapatkan produksi sarang walet yang maksimal.
Sarang yang baru dibangun untuk pertama kalinya dan dijadikan sebagai lokasi perkembangbiakan oleh burung walet dapat mengakibatkan risiko tertentu. Selain itu, pemilik sarang yang masih belia juga berpotensi mengalami stres dalam kondisi tertentu. Beberapa kejadian di lapangan menunjukkan bahwa burung walet muda mungkin pernah menunjukkan perilaku 'ngambek' dan enggan membuat sarang di tempat semula setelah sarangnya diambil. Sebagai contoh, seorang anggota di Oki Palembang baru-baru ini memanen 25 sarang dari RWB-nya sebelum burung walet membentuk sarang kembali. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan permasalahan ini ketika melakukan panen sarang untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.
Setelah satu bulan berlalu, ketika papan sirip bekas sarang diperiksa, tidak ditemukan adanya sarang baru yang dibuat oleh burung walet. Bahkan, jejak-jejak liur tidak terlihat dan kotoran di lantai sudah mengering. Hal ini membuat anggota bingung dan bertanya-tanya, "Setelah saya mengambil sarangnya, mengapa burung walet tidak lagi membuat sarang di posisi semula? Bahkan, saya melihat kotoran di lantai sudah kering. Apakah walet pindah ke papan sirip lain atau kabur ke gedung lain?" Seperti yang diketahui, semakin lama burung walet bermukim di sebuah gedung, semakin sulit untuk dipindahkan ke gedung lain karena mereka merasa "at home" di dalamnya. Ini terjadi pada burung walet yang sudah beranak-pinak beberapa kali sehingga meski sarang dipanen, mereka tetap akan membuat sarang lagi di posisi semula dan tidak akan pindah ke sirip lain, apalagi ke gedung lain.
Burung walet yang telah menjadi penghuni tetap di sebuah RBW memiliki kesulitan untuk dipindahkan ke tempat lain. Meskipun begitu, burung walet akan tetap memilih untuk tinggal di RBW tersebut asalkan tidak ada gangguan yang membahayakan fisiknya. Oleh karena itu, jika ada pertanyaan mengenai sarang baru yang dibuat oleh burung walet dan digunakan untuk bertelur pertama kali, sebaiknya jangan terburu-buru untuk mengambilnya. Tunggu hingga dua kali anak burung menetas sehingga dapat mengurangi risiko mereka hilang dan pergi ke gedung lain. Dengan cara ini, burung walet dapat terus bertelur dan tinggal di RBW yang aman dan mapan. Hal ini juga memberikan kesempatan kepada burung walet untuk melindungi lingkungan sekitar mereka dan melindungi populasi mereka.
Pada RBW yang masih minim sarang, jika sarangnya diambil untuk dipanen, terdapat risiko besar yang dapat menimbulkan stres pada walet. Namun, jika panen dilakukan pada RBW yang sudah memiliki banyak sarang, maka risiko stres yang dialami walet akan lebih rendah. Oleh karena itu, pada tahun pertama perlakuan yang harus dilakukan adalah memastikan kondisi RBW yang aman dan tenang agar walet dapat berkembang biak secara optimal. Sebaiknya hindari segala bentuk gangguan atau stres yang dapat memengaruhi keseimbangan lingkungan RBW. Dengan melakukan tindakan tersebut, maka dapat meminimalkan risiko stres pada walet dan memastikan kualitas sarang yang dihasilkan menjadi lebih baik.
Referensi:
Comments