
Mr. F adalah seorang pria muda berusia sekitar 40 tahun yang berasal dari Garut. Saat pertama kali bertemu dengannya, saya sempat mengira bahwa ia berasal dari suku Sunda karena kulitnya yang kuning bersih. Namun, ternyata darah Bangka Belitung mengalir dalam dirinya, membuatnya semakin menarik. Selain itu, rambutnya selalu rapi dan ia senantiasa berpakaian dengan gaya yang keren. Menurut kesan pertama yang saya dapatkan, ia merupakan orang yang sangat tertib dan disiplin dalam menjalani kehidupannya. Saya juga sangat senang melayani berbagai pertanyaannya yang selalu membangkitkan rasa ingin tahunya. Semangat dan harapan besar untuk menjadi sukses di masa depan selalu membara dalam dirinya.
Sejak tahun 2014 hingga saat ini, Mr. F telah mengembangkan bisnis budidaya walet yang dikelola dengan tiga lokasi yang memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. Pengawasan dan pengaturan di setiap lokasi dilakukan secara pribadi oleh Mr. F untuk memastikan kualitas yang terjamin dan sesuai dengan standar yang diinginkan. RBW pertama terletak di kota dengan alamat Jalan Ahmad Yani, dimana lantai atas sebuah ruko digunakan sebagai lokasi budidaya. Sementara itu, RBW kedua terletak di Leuwigoong, sekitar 20 km dari kota Garut yang terkenal dengan sumber pakan berkualitas. Lokasi RBW ketiga berada di Pameungpeuk, Garut Selatan yang memungkinkan perjalanan selama 4 jam dari kota dengan rute yang menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan. Terletak secara strategis di dekat kawasan wisata pantai Selatan, Santolo, lokasi RBW ini dibangun menghadap ke belakang dan dilindungi dari angin laut yang kencang. Dengan tiga lokasi yang berbeda, Mr. F berharap mampu memenuhi permintaan pasar walet yang kian meningkat dan mencegah berbagai faktor resiko yang mungkin terjadi.
Sarang walet yang masih kotor akan diolah dan dicuci secara mandiri sebelum kemudian dijual baik secara online maupun offline di beberapa daerah seperti Jakarta dan Bandung. Hal yang membuat sarang walet milik RBW memiliki uniknya tersendiri adalah karena pencuciannya yang dilakukan dengan sangat rapi tanpa menggunakan bahan pengelap apapun, sehingga membuatnya tampak alami dan aman bagi penggunaannya. Saya sendiri telah mencoba dan membuktikannya dengan meminta untuk mencuci 1 kg sarang walet yang sangat kotor sebelum masuk bulan Ramadhan, dan hasilnya sungguh memuaskan.
Bagaimana petani walet muslim mempraktikkan kesadaran berzakat atau sedekah? Setelah mengamati perilaku para petani, saya percaya bahwa tugas penting ini sudah dijalankan dengan baik. Mereka telah menyadari bahwa kepemilikan harta juga menuntut tanggung jawab atas hak orang lain. Setelah beberapa diskusi, dapat disimpulkan bahwa perhitungan zakat sarang burung walet mengikuti perhitungan zakat mal dan nisabnya adalah 85 gram emas. Dengan asumsi harga emas saat ini sekitar 1 juta/gram, maka nilainya sekitar 85 juta rupiah. Ini berarti jika penghasilan dari sarang burung walet mencapai 85 juta rupiah atau lebih dalam setahun, maka wajib untuk membayar zakat. Namun, besaran persentasenya masih menjadi bahan perdebatan dengan pandangan yang berbeda-beda, mulai dari 5% hingga 2.5%. Meskipun begitu, yang pasti kesadaran berzakat dan sedekah telah menjadi nilai yang dihargai dan diamalkan dengan sungguh-sungguh oleh para petani walet muslim.
Bagi mereka yang penghasilannya belum mencapai batas nishab, tak perlu khawatir tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan sedekah. Semua orang masih dapat berbagi kebaikan dengan tindakan sedekah tanpa batasan jumlah yang harus dikeluarkan. Yang terpenting ialah keikhlasan dan kesesuaian dengan nilai-nilai yang patut. Bahkan, setiap kali mendapat penghasilan atau hasil panen, kita dapat menyalurkan sedekah pada mereka yang membutuhkan di sekitar kita tanpa harus menunggu satu tahun penuh. Semoga, kita dapat menjadi manusia yang pandai bersyukur dan menjaga agar harta yang dimiliki tak membuat kita lupa akan kebaikan dan kufur nikmat.
Referensi:
Comentarios