top of page
Search

Harta Gaib: Keajaiban Alam Bernilai Ratusan Juta Rupiah

galip700

Indonesia memang memiliki banyak kekayaan alam, bukan hanya sumber daya mineral yang sangat berharga di dunia internasional. Yang tak kalah menarik adalah sarang burung walet di Indonesia, yang memiliki nilai ekspor yang sangat fantastis. Sarang burung walet merupakan salah satu harta karun yang paling istimewa dan memberikan keuntungan besar bagi negara Indonesia.

Sejak zaman dahulu, sarang burung walet yang terbuat dari air liur burung tersebut adalah sumber makanan yang mengandung nutrisi yang sangat kaya. Di tengah merebaknya pandemi COVID-19 ini, begitu banyak orang yang aktif berusaha mencari sarang burung walet guna menjadikannya sebagai suplemen penambah stamina untuk menjaga kesehatan mereka. Sarang burung walet telah menjadi salah satu makanan kelas atas yang sangat populer di China. Tidak hanya karena kandungan nutrisinya yang terbukti, tetapi juga karena teksturnya yang lembut namun kenyal. Berbagai olahan makanan dapat dihasilkan dari sarang burung walet ini, salah satunya yaitu sebagai campuran dalam dessert atau sup dengan bumbu rempah dan kaldu transparan yang gurih. Sangat mengagumkan jika kita membayangkan berapa mulia barang seberat 110 ton dengan nilai 1 kg mencapai Rp 25 juta dan mengalami perjalanan beberapa negara seperti Hong Kong, Vietnam, Malaysia, dan berakhir di RRT. Nilai tersebut bisa kita hitung dengan mengalikan 2.000 ton menjadi Rp 25 juta sehingga nilainya capai Rp 500 triliun, bahkan setara dengan US$3,5 milyar! Ungkapan ini diutarakan oleh M. Lutfilagi yang tentunya membuat kita terkagum-kagum. Menurut laporan resmi dari Kementerian Perdagangan, sejak zaman dahulu kala, manfaat dari sarang burung walet sebagai sumber nutrisi untuk kesehatan sudah diakui. Sarang burung walet yang berbentuk mangkuk ini mengandung protein yang sangat tinggi. Seperti halnya ginseng dari Korea Selatan atau jamur shitake dari Jepang, sarang burung walet merupakan salah satu kekayaan alam yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus memperhatikan pengungkapan potensi sarang burung walet. Sarang burung walet yang populer dengan julukan kaviar dari Timur sudah sangat melegenda di dunia kuliner. Karena rasa kelezatannya yang luar biasa, harga sarang burung walet sangat tinggi dan membuatnya menjadi makanan yang eksklusif. Terutama di negara Hong Kong yang banyak mengimpor sarang burung walet, semangkuk sup sarang burung walet bisa dihargai lebih dari US$100 per porsi. Itulah mengapa sarang burung walet sangat diminati dan mengesankan bagi para pecinta kuliner di seluruh dunia. Dalam rangka menghitung, dapat diasumsikan bahwa nilai US$ 1 setara dengan Rp 14.080, seperti kurs referensi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tanggal 18 Januari 2020. Oleh karena itu, harga satu porsi sup diperkirakan sebesar Rp 1.408.000. Saat disajikan dalam mangkuk, harga tersebut menjadi harga per mangkuk untuk menikmati hidangan yang lezat ini. Jika masih dalam bentuk bahan mentah yang belum diproses, harga sarang burung walet bisa mencapai US$10.000/kg atau setara dengan Rp140.800.000/kg. Indonesia menjadi negara produsen sarang burung walet terbesar di dunia dengan 38,57% pasokan secara global. Negara-negara lain yang mengikuti setelah Indonesia adalah Singapura (28%), China (9,15%), Hong Kong (4,69%), dan Malaysia (4,64%). Fakta ini diumumkan oleh Kementerian Perdagangan. Dalam laporan Kementerian Perdagangan, disebutkan bahwa perdagangan sarang burung walet menjadi sangat penting bagi perekonomian nasional. Bahkan, nilai ekonomi dari sarang burung walet itu sendiri mampu mencapai 0,5% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) yang ada di negara ini. Hal ini menunjukkan betapa besarnya kontribusi yang diberikan oleh perdagangan sarang burung walet terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperhatikan dan mengembangkan bisnis perdagangan sarang burung walet dengan baik agar dapat memberikan dampak positif yang lebih besar lagi bagi masyarakat dan negara.




​Referensi:

 
 
 

Commentaires


bottom of page