
Saat melakukan panen sarang di gedungnya, Pak Darno merasa terkejut dan heran karena ada dua sarang yang memiliki karakteristik yang berbeda dari sarang pada umumnya. Meskipun bentuk dan warnanya tidak terlalu mencolok, sarang tersebut memiliki bentuk mirip mangkok dan berwarna putih. Namun yang paling membuatnya penasaran adalah kadar air yang sangat tinggi dan kekuatan sarang yang tidak biasa. Ketika disentuh, sarang terasa kenyal dan tak mudah pecah, bahkan saat dijatuhkan ke lantai. Hal ini membuat Pak Darno semakin penasaran dan bertanya-tanya jenis sarang apa yang ia temukan tersebut. Apakah sarang unik itu buatan burung walet? Dan, apa yang membuat sarang tersebut terjadi dengan cara yang tak biasa? Semua pertanyaan ini menggelayuti pikirannya.
Saat berada di ruangan itu, Pak Arief tertarik dengan keberadaan sebuah sarang yang terlihat di sana. Ia pun meminta penjelasan mengenai sarang tersebut. Kemudian, ia diberi tahu bahwa sarang tersebut adalah sarang karet yang memiliki elastisitas seperti bahan karet. Namun, muncul pertanyaan mengenai burung pembuat sarang tersebut. Apakah burung walet atau jenis burung lain yang mirip dengan burung walet. Ternyata, sarang karet tersebut benar-benar berasal dari liur burung walet. Keberadaan sarang karet tersebut dipengaruhi oleh kelembapan ruangan yang terlalu tinggi sehingga membuat kadar air pada sarang terlalu berlebihan. Sarang karet sering ditemukan di lantai dasar gedung tempat burung walet menghuni yang memiliki tingkat kelembapan antara 100 persen. Biasanya, jarak antara plafon dengan lantai pendek, sehingga selalu terjadi tertumpuknya debu dan kotoran pada sarang-sarang tersebut.
Sarang karet adalah jenis sarang burung yang dibuat selama musim penghujan yang membuat proses pembuatannya sangat sulit. Bahkan, liur yang digunakan dalam pembuatan sarang tidak bisa mengering karena kelembapan udara yang tinggi. Oleh karena itu, sarang karet tetap lembek dan lentur bahkan setelah proses pembuatan selesai. Namun, telur yang ada di dalam sarang tersebut tidak bisa menetas karena kadar air di dalamnya terlalu tinggi dan kondisinya basah. Hal ini menyebabkan embrio telur mati kedinginan sehingga tidak bisa berkembang biak di dalam sarang. Dengan demikian, sarang tersebut sebaiknya tidak dipakai untuk berkembang biak dan lebih baik dipanen saja. Selain itu, sarang karet memiliki warna putih, namun terkadang bisa berwarna kekuningan atau coklat keruh tergantung pada kebersihan ruangan itu sendiri. Untuk menghindari sarang karet di masa depan, perlu dikendalikan angka kelembapan dan diatur dengan benar agar tidak terlalu tinggi, terutama pada musim penghujan. Ada cara untuk menurunkan kelembapan seperti dengan membuka pipa ventilasi agar kelembapan bisa keluar. Dengan demikian, kita dapat menjaga kebersihan ruangan dan mencegah tumbuhnya sarang karet di masa depan.
Referensi:
Comments